Opini


Berbenah Menyambut Cinta
Oleh: Robithoh Widiastuti*)

KETIKA hari berganti, hati mulai berharap kiranya mampulah dia untuk merajut benang baru, menenun selembar kain untuk dikenakan menutupi rangkaian waktu. Apa yang telah berlalu terkadang adalah sebuah sejarah indah, kenangan manis, cerita berbalut tawa. Atau boleh jadi sebuah kisah berhias tangis, simphoni duka, berseliput tragis. Apapun itu, hanya orang yang mampu mengambil pelajaranlah yang tidak akan berkubang dalam sia-sia.
Kita, manusia yang telah mendapat pemberian dari Yang Maha Memberi berupa “kehidupan”. Namun seringkali karena kebodohan kita jualah anugerah ini menguap begitu saja manfaatnya. Sebuah cinta dari Sang Maha Pemilik cinta yang terabaikan, diabaikan, bahkan dikhianati oleh khalifatul yang telah dianugerahi akal sehat yang merupakan ayat-Nya yang mampu membedakan mereka dengan makhluk lain yang diletakkan pada derajat lebih rendah oleh-Nya.
Menapak di tahun yang baru, apa yang akan kita goreskan, dan ke mana langkah akan kita ayunkan?
Merupakan sebuah keniscayaan untuk bersikap memasuki orbit kesadaran ruhani. Bersikap untuk tidak menjadi manusia –manusia parsial. Akan tetapi menjadi insan yang mempunyai daya intelektualitas, spiritualitas, mentalitas, dan moralitas. Menjadi manusia yang berjiwa sensitif terhadap masalah-masalah di sekitarnya.
Yang akan datang bukanlah suatu hal yang mudah. Jangan pernah merasa benar sendiri lalu berusaha menutup-nutupi kesalahan. Merasa besar lalu memanjakan arogansi. Merasa tidak mempunyai kesalahan lalu berusaha mencari ‘kambing hitam’. Merasa paling bisa lalu mengucilkan peran yang lain. Merasa tidak akan ada yang menyalahkan lalu meremehkan.
Keberadaan diri akan selalu memberi imbas pada lingkungan. Baik imbas positif mampun imbas negatif. Imbas positif mungkin akan membanggakan hati. Namun kebanggaan yang berhasilpun kerap kali berakibat buruk. Setidaknya akan menggores kebeningan cermin batin sehingga fungsi refleksinya akan hilang begitu saja. Jika sudah demikian, sebelum benar-benar menjadi rabun, kapan akan kita asah kembali ketajaman hati nurani?
Berproses menjadi insan bertaqwa adalah sebuah pilihan. Dengan senantiasa merasakan kehadiran Tuhan dalam setiap ruang dan waktu. Manusia akan termotivasi untuk selalu berbuat kebakhikan dan menjauhi setiap laku negatif dimanapun dan kapanpun jika mereka mempunyai dasar keyakinan akan adanya Sang Pengawas Yang Amaha Melihat. Ekologi moral harus di jaga dengan senantiasa memupuk dan melindungi pohon dan buah kebajikan.
Kemana jua kita kan berpulang? Bersiap, kita tidak pernah tahu entah kapan, berapa detik lagi, berapa menit lagi, berapa jam lagi, berapa hari lagi, atau kapankah pada suatu waku yang tidak pernah terkirakan.
Jangan hanya tertarik dan mengagumi bintang di langit, bintang lapangan, bintang panggung, tetapi perhatikan juga cahaya bintang di hati yang akan memberi pedoman untuk menentukan arah perjalanan agar tidak tersesat. Kita mencoba arif menjadi menjalani hidup. Kebodohan –kebodohan yang telah tersadari jangan terus-terusan ditekuni. Seyogyanya kita segera gumregah (bangkit) dari keterpurukan. Tidakkah kita curiga, ada apa dibalik setiap benacana yang kerap kali melanda?
Diujung setiap kegelisahan, mari kembali kepada Tuhan. Memuarakan segenap cinta kepada-Nya. dalam kedalaman rasa, sepenuh jiwa. Jadilah manusia “sempurna”, yang ilmiah ‘amaliah dan berakhlak karimah. Membina mental melalui laku badaniah dengan pengolahan intelektual dan spiritual yang akan menjanjikan akses terhadap moralitas pribadi dan moralitas sosial. Yakinkan bahwa seiring bertambahnya ilmu pengetahuan kita, mental dan baiknya moral, yang akan mewujudkan kita sebagai distributor rahmat (cinta kasih) Tuhan kepada semua yang ada dijagat raya.
Momen pergantian tahun akan begitu indah jika kita maksimalkan sebagai wahana metamorfosa kehidupan dana proses transformasi diri dari keadaan yang njelehi (serba negatif) kepada keadaan yang “indah mempesona” (seba positif), seperti perubahan dari ulat mejadi kepompong dan kemudian menjadi kupu-kupu nan menawan yang membuat setiap orang yang memandang akan sejuk hatinya.
Duhai, betapa indah cinta yang kadarnya akan semakin bertambah ketika kita menyadari keberadaan, merasakannya, menikmatinya, dan kemudian membalasnya. َلئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيْد
Teringat dengan apa yang tertulis, dalam cover love is cinta-Nya Moammar Emka “Declare your love before it’s too late”.
Kapan lagi kalau tidak sekarang?
Senyampang mash ada detak di jantung, denyut di nadi, kewarasan di akal, buktikan bahwa kita juga sangat mencintai-Nya, dalam setiap detak detik, dalam setiap tafrikan nafas, dalam keseluruhan ruang jiwa.
Ibda’ binafsik.
Duh gusti….
Dalam kesungguhanku
Ku ingin mencintai-Mu
Dengan segala cinta
Sampai habis masa.
*)Ketua Umum PPNU Putri

comment 0 komentar:

Posting Komentar

Delete this element to display blogger navbar

 
© KORAN NURMA | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger