Belajar Dari Jepang - Opini

Apa kabar Doraemon hari ini?
Apa dia dan kantong ajaibnya baik-baik saja?
Itu pertanyaan adik saya waktu bencana gempa dan tsunami menimpa Jepang, 11 Maret lalu.
Ya, Jepang memang negara asal pemilik kantong ajaib, Nobita dan kawan-kawan tersebut. Bahkan bagi anda penggemar manga  tentu sudah sangat akrab dengan Jepang yang memiliki segudang cerita dan tokoh komik ini.
Negara yang sempat menjajah Indonesia selama 3,5 tahun ini adalah negara kepulauan seperti Indonesia. Jepang pun memiliki persamaan letak geografis, yaitu berada dalam lintas vulkanis dan lempeng aktif. Jadi tidak heran bila Jepang juga  sering kali terkena gempa bumi dan menghadapi ancaman tsunami. Selain ini itu, kedua negara mengalami masa transisi pada tahun 1945. Jepang mengalami kehancuran karena pemboman kota Nagasaki dan Hirosima, sedangkan Indonesia mulai mencicipi kemerdekaan untuk pertama kalinya. Pada tahun ini kedua negara harus sama-sama berjuang untuk memulihkan keadaan bangsa.
Tetapi, apakah kesamaan masa transisi itu menjadikan kedua negara mengalami perkembangan yang sama? Untuk pertanyaan ini, mungkin ada satu jawaban yang sama antara penulis dan pembaca. Jepang jauh lebih berkembang dari Indonesia. Jepang telah menjadi negara maju dan di segani, sedangkan Indonesia masih menjadi berkembang dengan segala persoalan pelik yang tak kunjung berakhir. Lihat saja di sekitar kita. Berbagai produk Jepang merajai pasaran Indonesia. Kita sebagai konsumen merasa bangga menggunakan produk negara ini. “Kualitas produk Jepang bagus”. Mungkin, ini adalah salah satu alasan anda memilih produk made in Japan. Sedangkan Indonesia masih berkutat dengan KKN yang tak berujung. Padahal, Indonesia memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang jauh lebih besar daripada Jepang.
Lalu, apa rahasia Jepang?
Membaca. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Jepang adalah negara yang gemar membaca. Budaya ini sudah melekat pada diri masyarakat Jepang. Jadi, jangan heran bila suatu kali anda dapat menikmati keindahan Jepang, akan menemui pemandangan khas ini. Warga Jepang gemar sekali membaca. Teman saya yang kebetulan sedang belajar di sana terheran-heran ketika sedang naik kereta api dan melihat sebagian besar penumpang membaca buku dengan khusyuknya. Jika kita bandingkan dengan penumpang bus, kereta atau apalah alat transportasi lain di Indonesia, sebagian besar sibuk dengan obrolan masing-masing atau khusyuk tidur.
Membaca adalah jendela dunia.
Kalimat ini mungkin sudah sering anda dengar sejak duduk di bangku sekolah dasar. Tetapi, bagaimana realisasinya? Berapa halaman yang anda baca hari ini? Budaya membaca masih jauh dari kita. Ada banyak alasan yang muncul ketika ingin memulainya. Ngantuk, bukunya berat, sedang tidak ada tugas, mau refresing, dan berbagai alasan lain.
Jika kita masih berkutat dengan berbagai alasan itu. Kapan kita akan berkembang? Kita sebagai manusia masa kini yang notabene terpelajar, berpendidikan, melek huruf dan mengetahui perintah dari Sang Pencipta tentang Iqro', harus mampu menerapkan dan berinovasi dengan membaca.
Tulisan ini bukan untuk menggurui, tetapi sebuah ajakan untuk belajar dan membudayakan membaca apapun yang ada di sekitar kita.
Selamat membaca!


*Calon Ortopedagog/ Nurul Noviyanti

comment 0 komentar:

Posting Komentar

Delete this element to display blogger navbar

 
© KORAN NURMA | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger