Al-Baqarah ayat 284-286
Semua yang terjadi di muka bumi adalah atas kuasa Allah. Manusia tak dapat menolak kenyataan yang terjadi. Semua memang sudah diskenario oleh Allah dan manusia tinggal menjalani. Ketika menghadapi kesulitan maka sepantasnya dihadapi dan diselesaikan, bukan untuk disesali. Tiap Allah memberikan beban atau masalah Allah sudah mengukur kemampuan bahwa pasti manusia akan mampu menghadapinya.
Allah telah berfirman bahwa semua yang terjadi akan diperhitungan. Kebaikan akan dibalas, dosa akan juga akan dikenai sanksi. Namun tak berarti itu untuk memberatkan manusia. Pahala dan dosa adalah hak Allah untuk menentukannya. Namun pastinya tak ada dosa bagi sesuatu yang tak bersalah.
Berkisah tentang optimis terdapat sebuah kisah nyata. Pada suatu hari terdapat seorang santri perempuan, yang sama sekali tidak pernah keluar dari asramanya. Suatu ketika ia dipanggil oleh gurunya dan diperintah untuk mengantarkan zakat ke beberapa daerah di pelosok desa. Sudah menjadi tradisi pesantren bahwa sesuatu yang suul adab jika seorang santri menolak tugas dari guru. Maka sang santri pun mengiyakan. Setelah kembali ke kamar ia kebingungan. Bagaimana mungkin ia akan mencapai daerah tersebut, mendengar saja baru sekali ini. permasalahannya selain ia seorang perempuan yang tergolong santri baru di pondok tersebut ia juga belum pernah keluar dari asrama. Jangankan mengenal daerah yang disebutkan, mendengar saja baru sekali ini. Akhirnya ia pergi ke daerah yang sama sekali belum dikenalnya. Dengan berbekal rasa optimis, ia pergi melaksanakan tugas tersebut. Setelah seharian ia mencari ternyata daerah tersebut ditemukan juga.
Namun tak semestinya kita pasrah dan tak mau berusaha. Seperti kata pepatah al-insanu biddu’a wallahu bil qadha.
Kesulitan yang ditimpakan pada tiap makhluk pasti sesuai dengan kemampuannya. Tiap sakit ada obatnya, demikian juga tiap problem pasti ada problem solvingnya. Namun manusia mempunyai kegemaran mengeluh dan mencari-cari alasan hanya sekedar membenarkan kesalahannya.
Ketika sedang mennghadapi masala manusia cenderung mendekat dan selalu berdoa ada Allah, namun ketika dihadapkan pada kesenangan dan kebahagiaan mereka lupa seolah semua adalah hasil usahanaya sendiri. Hal itu dapa kita lihat pada kenyataan yang sempat terjadi beberapa tahun lalu ketika sedang terjadi gempa Jogja tahun 2006 yang lalu, semua berdoa, menyebut nama Allah. Selanjutnya hal masih saja terjadi, menghadapi bencana Merapi semua mengingat asma Allah, tapi ketika Merapi sedang “kompromi” serta menampakan keramahannya, di bawahnya manusia enak-enak berbuat maksiat.
Ketika gempa Jogja, seorang guru saya berpendapat bahwa itu adalah goyangan yang diberikan Allah pada manusia. Kita ingat pada saat itu sedang marak adanya goyangan Inul yang sempat menggoncang tanah air. Hingga manusia terlalu terlena oleh goyangan Inul. Sehingga Allah juga memberikan goyangan yang dapat dinikmati manusia untuk mengimbangi goyangan Inul. Tanpa ingat pada goyangan tasbih. Ketika mendapat goyangan tersebut barulah manusia sadar dan mengingat Tuhannya.
Demikian juga ketika manusia sedang membutuhkan akan mendekatkan diri pada Allah dan ngalap berkah dengan memperbanyak doa maupun istighotsah. Contoh nyata, ketika menjelang ujian nasonal sekolah-sekolah mengadakan mujahadah akbar dan lain-lain. Namun seusai ujian jangankan untuk ke masjid maupun istghotsah bahkan sholat fardhu pun sering terlupakan. Namun itulah sifat manusia, melupakan Tuhannya ketika ada dalam kebahagiaan, seolah itu semua adalah hasil usahanya sendiri.
Saat menghadapi masalah maka hadapi dengan tegar dan optimis. Misalnya seseorang sakit, yakinlah bahwa tiap sakit pastilah ada obatnya. Di balik sakit itu ada hikmah yang tersimpan. Orang yang sakit akan dicabut nafsu dan dosanya. Setelah sembuh yang dikembalikan hanya nafsunya. Tapi tidak dengan dosanya.
Maka mohonlah pada Allah” Ya Allah janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tak sangup memikulnya. Maafkanlah kami, ampuni dosa kami, kasihanilah kami. Tolonglah kami melawan musuh kebenaran. Amin ya rabbal ‘alamin.”@
0 komentar:
Posting Komentar