LAPORAN UTAMA (LAPUT) - Santri Bicara Tentang Merapi

Santri Berbicara Tentang Merapi 
Doc.Istimewa

Doc.Istimewa

Kotagedhe, selasa 9/11 sekitar pukul 02.30 sore terjadi dua kali gempa yang cukup besar yang membuat penghuni komplek Nurma putri berhamburan. Setelah diketahu, gempa tersebut berkekuatan 5,6 SR yang berpusat di Bantul.
“Gempa.....gempa.....gempa...teriak para santri sambil panik berhamburan keluar kamar. Walaupun tak semua merasakan adanya gempa, tetapi mereka kebanyakan ikut panik oleh keributan yang terjadi. Suasana jadi tampak tegang karena kepanikan tersebut. Menurut Chulwa, penghuni Hafsoh 3 ini merasakan adanya getaran dari lantai dua masjid Al Faruq. Ia panik dan keluar ruangan, ditambah teman-teman yang lain juga histeris. Bencana rupanya masih menjadi topik hangat di seputar komplek putri akhir-akhir ini. Berita ter-hot seputar Merapi selalu menjadi perbincangan yang tak kalah update dengan berita di media massa. Maklum, santri putri sejak beberapa hari yang lalu diizinkan untuk melihat langsung berita perkembangan merapi di televisi yang kini diletakkan di kantor PPNU-Pi. Disamping berita dari koran langganan Nurma-pi. Tak hanya mengikuti perkembangan berita, sebagai wujud kepedulian, santri putri bersama-sama menggalang dana peduli Merapi. Letusan Merapi saat ini, menurut para ahli merupakan letusan terdahsyat sejak 1870-an Selain itu, gencarnya pemberitaan media massa terkait bencana Merapi yang berlebihan membuat resah para santri dan orang tua santri. Banyak orang tua santri yang kebanyakan dari luar jogjakarta itu resah mengenai anaknya. Mereka cemas kalau-kalau erupsi Merapi (wedhus gembel) sampai ke pesantren Nurma. Terkait Merapi dan bencana yang terjadi ini mendapat komentar beragam dari beberapa santri. Diantaranya adalah komentar dari Darojatul aliyah (Mbak Oja). Penghuni Aisyah 5 ini merasakan kekhawatiran tentang adanya letusan Merapi. “ Saya itu takut kalau-kalau pas tidur tiba-tiba terjadi gempa atau letusan Merapi seperti yang terjadi di televisi,” tuturnya ramah. Hal serupa juga dituturkan oleh Khusna. Santri komplek Darrussalam asal Nganjuk ini awalnya takut sering terjadi gempa dan adanya letusan Merapi. Orang tuanya sampai menghubungi dan memintanya untuk segera pulang karena cemas dan khawatir. Berbeda menurut penuturan Nur Isnaini yang asli Bantul ini. “Wah, kalau saya mah sudah biasa Mbak, sama gempa-gempa atau Merapi kayak gitu.”“Sudah kebal dengan gempa 2006 dulu,” terangnya tenang. Menurut penuturan Ibu Hikmatul Fitriyah atau yang akrab di sapa bu Pipit itu menuturkan, santri diharapkan jangan panik dulu kalau ada gempa atau terjadi letusan Merapi. Secara ilmiah, lokasi Pondok pesantren yang jauh dari titik rawan bencana, yaitu sekitar 40 km masih belum dikhawatirkan erupsi sampai ke pesantren ini. Jangan sampai santri itu meninggalkan kegiatan wajib karena pondok kita juga tidak digunakan untuk mengungsi. Dampaknya memang terjadi hujan abu yang beberapa hari ini sampai ke pondok nurma, bahkan ke beberapa wilayah sekitar Jogja. Tetapi itu semua, kita juga harus tetap waspada dan jangan panik,” tuturnya di sela-sela kesibukannya. Pesan Bu Pipit terkait akan adanya liburan Idul Adha untuk beberapa hari kedepan yaitu: Untuk yang pulang kampung diharapkan agar para santri untuk meyakinkan orang tua masing-masing dan minta do’a restu agar selalu selamat. Minta do’anya juga agar ujian untuk Jogja dan Jateng segera reda. Selain itu, mari kita tingkatkan simpati dan empati kita terhadap sesama untuk korban Merapi maupun bencana lain di Negara Indonesia ini, imbuhnya.-).Rien/nov.

comment 3 komentar:

Y Mufti on 15 November 2010 pukul 07.12 mengatakan...

InsyaAlloh dengan doa kta dan izin Alloh pasti Jogjakan aman..

Pipit mengatakan...

Amiin

Putra bangsa on 17 November 2010 pukul 02.06 mengatakan...

Mengapa harus ada bencana..di tanah airku..?

Posting Komentar

Delete this element to display blogger navbar

 
© KORAN NURMA | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger