OPINI - Revitalisasi Pasar Tradisional

Revitalisasi Pasar Tradisional
Fatchul Anam Nurlaili *)

Indonesia, dengan jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 200 juta jiwa, merupakan pangsa pasar yang sangat menjanjikan. Tidak salah bila peritel skala besar, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri, memanfaatkan potensi tersebut dengan cara mengembangkan pasar modern di negeri ini. Saat ini, dampaknya sungguh luar biasa. Hampir di setiap sudut kota (bahkan desa), dengan mudah kita dapat menemukan pasar modern tersebut, terutama minimarket.
Dampak positif yang pertama memang masuk akal dan dapat kita terima. Namun, dampak positif kedua cenderung dangkal dalam menilai suatu permasalahan.. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi, pengelola pasar modern memang dapat merespon adanya kompetisi antara usaha yang mereka kelola dengan pasar tradisional. Fenomena ini sebenarnya merupakan contoh dari kaidah yang disampaikan oleh Mario Teguh di salah satu stasiun televisi swasta nasional, “ untuk dapat menyelesaikan masalah, seseorang harus dapat mengetahui nama masalah tersebut”. Dalam hal ini, pelaku pasar tradisional tidak dapat mengidentifikasi permasalahan yang mereka hadapi. Tentunya, kelemahan pelaku pasar tradisional tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan mereka yang cenderung masih rendah.
Di sisi lain, ketika kita bicara mengenai dampak negatif dari semakin menjamurnya keberadaan minimarket , kita akan menemukan banyak dampak negatif. Pertama, pertumbuhan minimarket yang pesat akan mematikan pendapatan pasar tradisional. Dalam kenyataannya memang demikian. Pasar tradisional wellcome terhadap penetapan harga yang merupakan hasil tawar menawar antara penjual dan pembeli. Inilah contoh kasus dari hukum ekonomi yang paling mendasar. Ketiga, produk penduduk lokal akan terhambat oleh membanjirnya produk-produk perusahaan nasional dan internasional. Pemerintah membiarkan pertumbuhan pesat minimarket yang notabone sebagai penjual dari produk-produk perusahaan besar. Keempat, masyarakat di berbagai lapisan ekonomi akan semakin terbuai oleh berbagai produk (barang dan jasa) yang dihasilkan oleh segelintir orang pemilik minimarket (banyak yang berasal dari luar negeri). Hal ini akan memperkuat stagnansi bangsa kita dalam mengonsep pasar agar menarik bagi konsumen. Fenomena yang terjadi tidak jauh berbeda dengan membanjirnya sepeda motor dari negeri Jepang. Merasa mampu membeli, bangsa kita terbuai dengan tetap menikmati statusnya sebagai konsumen. Pemerintah Kabupaten Bantul telah melakukan gebrakan luar biasa dengan memperbarui pasar tradisionalnya secara fisik. Beberapa pasar tradisional di Kabupaten Bantul telah disulap menjadi pasar semimodern. Disebut dengan pasar semimodern karena bangunan dan kondisi pasarnya relatif nyaman Dengan pembangunan fisik tersebut, para penjual mengaku mengalami kenaikan omzet penjualan mereka.
Bagaimanapun juga, peran pemerintah dalam hal ini adalah sebagai aktor utama (seharusnya). Bangsa ini sudah jenuh dengan ketidak jelasan sikap pemerintah dalam menangani berbagai macam ketimpangan sosial dan ekonomi, termasuk juga dalam hal penanganan pasar modern. Revitalisasi pasar tradisional, mau tidak mau harus segera dikonsep dan dijalankan agar ketimpangan yang terjadi tidak semakin melebar. Pasar tradisional serasa pasar modern, why not ?
*) Fatchul Anam Nurlaili,
Santri PPNU; Pengamat ekonomi kerakyatan


comment 2 komentar:

Y Mufti on 15 November 2010 pukul 07.12 mengatakan...

Opini yang mantep, kang Anam pancen Ocre..

Kang bagus on 17 November 2010 pukul 23.47 mengatakan...

nasib nasib......wong cilik pancen nelongso terus, sampek pasar tradisional ala wong cilik harus cabut dengan terpaksa. para pendatang asing itu memang keterlaluan, mereka bener bener mendominasi perekonomian di negeri ini, bener kata kang fatkul, pasare wong cilik kudu di rehab dan di modernisasikan, ben iso bersaing dengan mereka, tp sekali lg kembali pada pihak pemerintahnya,,,,
huh......., itu masalahnya....
yah ngurus negoro pancen mumet lan njlimet

dadi wong cilik yo nyante wae lek...!!! ngopi karo rokoan-kene...hehe.

Posting Komentar

Delete this element to display blogger navbar

 
© KORAN NURMA | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger