Menulis Mulai Sekarang?
Oleh Hamid
MENTARI hampir tenggelam diufuk barat. Tiba-tiba HP saya menjerit.. ”Kang saya minta data Tilawah, nantikan saya presentasi mewakili Tilawah, tulis SMS dari teman Tilawah Putri itu. Saya hanya tersenyum. Kenapa dia minta data sama saya? Bukankah penitia Rekutmen dan up Grading tahun lalu dari putri. Tanyaku dalam hati. Padahal data pan itu belum sampai ke putra? Tanyaku lagi? Berati ada yang kuang pada kru saya. Seharusnya mereka tahu dan mengambil sendiri data yang sudah ada. Apalagi sudah bertahun-tahun jadi kru.
Oleh Hamid
MENTARI hampir tenggelam diufuk barat. Tiba-tiba HP saya menjerit.. ”Kang saya minta data Tilawah, nantikan saya presentasi mewakili Tilawah, tulis SMS dari teman Tilawah Putri itu. Saya hanya tersenyum. Kenapa dia minta data sama saya? Bukankah penitia Rekutmen dan up Grading tahun lalu dari putri. Tanyaku dalam hati. Padahal data pan itu belum sampai ke putra? Tanyaku lagi? Berati ada yang kuang pada kru saya. Seharusnya mereka tahu dan mengambil sendiri data yang sudah ada. Apalagi sudah bertahun-tahun jadi kru.
Saya sudah paham siapa yang SMS. Tapi saya berusaha menyembunyikan identas orangnya. Saya ingin mereka bisa bareng memikirkan Tilawah. Soalnya, Tilawah hidup dan mati dari kebersamaan orang-orang Tilawah sendiri.
Data di kantor Tilawah sebenarnya se abreg. Tapi siapa yang mau mikir? Saya mengharap mereka mau merasa memiliki.
Pada saat acara OP3NU di podok pesantren Nurul Ummah, pengelola Tilawah pasti diminta menjadi pembicara guna sosialisasi profil Tilawah. Seperti yang pada OP3NU ke 16, saya mendelegasikan Ari Faturahman dari Tilawah putra dan Ufi Suryaningsih dari Tilawah putri untuk menjadi jubir MP. Tilawah.
Di SMS saya, dia minta tolong diberi data sejarah Tilawah. Saya mencoba mencari-cari data tentang sejarah Tilawah. Beruntung setelah saya mencari di kantor Tilawah ternyata saya mendapatkan data itu di lembar proposal kerjasama iklan dan tabloid mini mascot. Sejurus kemudian, andai Tilawah mempunyai data atau mungkin buku sendiri tentang Tilawah, alangkah mudahnya generasi Tilawah selanjutnya. Ia akan mudah mengakses Tilawah secara menyeluruhan.
Kegiatan keseharian yang harus dilakukan adalah menulis. "Saya menulis maka saya ada". Tanpa tulisan bukanlah Tilawah. Inilah yang membedakan Tilawah dengan kegiatan santri yang lain. Denyut nadi Tilawah adalah tulisan. Informasi bagi Tilawah sangatlah penting. Orang Tilawah harus bisa menulis. Lahan yang paling subur di pondok pesantren Nurul Ummah, khususnya adalah menulis. Kapan kita bisa menulis. Sekarang! Tidak ada waktu untuk mengeluh apalagi bersendaugurau. Apa yang anda pikirkan itulah yang anda tulis. Jadi banyak sekali hal yang bisa kita tulis tanpa menunggu waktu dan momen yang akan ditulis.
Menulis adalah proses. Jika ingin bisa menulis tidak mungkin seketika bisa. Sebab apa kata pepatah tak ada kesuksesan tanpa proses panjang. Semakin proses anda lakukan secara sungguh-sunggu maka anda akan mendapatkan buahnya. Berproses adalah sebuah keharusan. Jangan mengharap proses intstan. Proses intan hanya menghasilkan karya yang instan pula. Jelek dan mudah rusak. Jangan lupa mencoba dan mencoba. (Mid)
0 komentar:
Posting Komentar