Korma/liput/07/1/2008.
Sembako-Kantin Munggah, Kiriman Nambah!
PP.NU (KorMa)_Sembako naik. Begitulah berita yang banyak diekspos oleh media saat ini disamping berita tentang mantan presiden Soeharto yang sudah mambu lemah (Mau mati). Migor, minah, sayur mayur, keledai, dan berbagai kebutuhaqn rumah tangga mengalami kenaikan. Selain naik, barang-barang kebutuhan primer tersebut kini sulit didapat. Orang–orang harus rela ngantri panjang untuk mendapatkannya. Tidak jarang setelah ngantri panjang barangnya habis. Kacian…, coba lagi!
Bagaimana dengan kantin Nurmason? Kantin kebanggaan santri Nurul ummah. Apakah ia terpengaruh? Ditemuai dibasecampnya, kamar C4, lek Son panggilan akrab kang Harsono sang nahkoda kantin menjelaskan, “Saat ini memang banyak terjadi kenaikan, migor, minah, sayur dan lain-lain. Selain naik, b arang –barang tersebut juga sulit didapatkan. Kalau dulu biasanya minyak salalu tersedia di warung pak Bronto, tapi sekarang ra mesti.” Lebih lanjut sang nahkoda menjelaskan, “Karena langkanya migor, terpaksa pihak kantin menggunakan kayu, kalau musim ujan kebulnya minta ampun, belum lagi kalau basah.
“Pokoknya kantin Nurmason tidak akan naik drastislah, ini kan kantin santri, harus sesuailah dengan harga santri.”
Dari santri sendiri tidak ada kasak kusuk tentang kenaikan ini. “Tidak keberatan, karena yang saya perhatikan adalah waktu.” Kata Anton, santri asal Gunungkidul (GK) yang mengaku 80% makan di kantin. Begitupun dengan Jauhar Hilal, aktivis LP2M GK ini tidak merasa terbebani dengan kenaikan harga makanan di kantin saat ini. Kalau dari pelayanan sendiri, menurut Jokri, panggilan akrap Jauhar Hilal relatif baik. ”Tapi memang kadang apek, kadang elek, kadang bebas, tapi lueh apik apike kok!” tutur penghafal Qur’an ini malu-malu.
Lain kantin mahasiswa, lain pula kantin pelajar alias komplek E. Kenaikan haraga makanan dan minuman di Kantin komplek E baru saja terjadi. Kalau di kantin Mahasiswa kenaikan tempe dari Rp. 300 menajdi 400 rupiah, sudah lama terjadi. Tapi di kantin pelajar mengalami kenaikan baru beberapa pekan yang lalu. Kang Lutfi, Nahkoda kantin Komplek E menjelaskan, memang terjadi kenaikan beberapa makanan di komplek E, misal saja tempe. Kenaikan makanan ini memang disebabkan harga sembako di pasaran naik. Apalagi setelah harga minyak mentah mendekati 100 dollar per barel dengan mata uang dollar AS yang semakin melemah ke posisi terburuknya 1, 4375 terhadap euro, sejak mata uang tunggal Eropa itu diluncurkan. “Mau gimana lagi, wong di luar juga semua naik,” katanya prihatin.
Terus bagaimana dengan ’pajak’ makan santri pelajar? Ditanya apakah ada kemungkinan santri pelajar ’pajak’ makannya naik? “Wah, itu masih dalam tahap penggodokan, perlu rapat dengan kru kantin, pengurus dan pesertujuan dari Ibu Nyai Barokah Nawawi,” tutur Kang Lutfi lagi.
Sementara itu, menanggapi hal ini, para santri tidak terlalu kaget dengan kenaikan dikantin. Karena menurut mereka kenaikan itu memang sudah dari pasarannya. “Tidak keberatan sama sekali, sekarang apa-apa kan naik,” kata Mustamid, santri asal Bantul ini yang kirimannya sempat nambah karena kenaikan makanan akhir-akhir ini. Begitupun dengan Suherman, “Kalau minta tambah ya tambah,” katanya.
Tapi ada juga yang tidak setuju, “masak tempe naik, kiriman tidak naik.” Jelas Heru santri asal Lampung dan Nizwa santri asal Kudus. Mereka juga menyayangkan jam buka kantin yang kurang pagi. ”Kalau di kantin pelajar sering buka terlambat, padahal kitakan harus berangkat sekolah pagi-pagi, kalau telat kan dapat ganjaran, tutur siswa Aliyah Nurul Ummah ini. Rupanya, mereka mengharapkan supaya kantin tepat waktu. Menanggapai hal ini, Kang Ugiek salah satu kru kantin komplek E justru menanggapi datar. “Kalau kantinnya telat buka bukan berarti krunya pada ketiduran, tapi kitakan Santri sejati men! katanya berseloroh.
Harapam dari Kru kantin sendiri, secara umum bahwa kalau memang mengaku santri makannnya yang istiqomah di pesantren. ”Kalau santri itu mbok ya makannya di pondok saja, selain sudah jelas halalnya, kan yang masak juga santri yang jelas ikhlasnya, barokah, kalau untung kan kembalinya ke pondok, bisa untuk bangun gedung buat santri, tuturnya. Walaupun katanya di luar pelayanannya lebih gimana gitu. Khusus untuk santri komlek E, ya jangan sering nunggak, kalau punya uang langsung dibayar pajeknya. Kantin Nurmason santri, siapa lagi yang peduli kalau bukan santri sendiri, ungkapnya menyudahi.[]Qom
Sembako-Kantin Munggah, Kiriman Nambah!
PP.NU (KorMa)_Sembako naik. Begitulah berita yang banyak diekspos oleh media saat ini disamping berita tentang mantan presiden Soeharto yang sudah mambu lemah (Mau mati). Migor, minah, sayur mayur, keledai, dan berbagai kebutuhaqn rumah tangga mengalami kenaikan. Selain naik, barang-barang kebutuhan primer tersebut kini sulit didapat. Orang–orang harus rela ngantri panjang untuk mendapatkannya. Tidak jarang setelah ngantri panjang barangnya habis. Kacian…, coba lagi!
Bagaimana dengan kantin Nurmason? Kantin kebanggaan santri Nurul ummah. Apakah ia terpengaruh? Ditemuai dibasecampnya, kamar C4, lek Son panggilan akrab kang Harsono sang nahkoda kantin menjelaskan, “Saat ini memang banyak terjadi kenaikan, migor, minah, sayur dan lain-lain. Selain naik, b arang –barang tersebut juga sulit didapatkan. Kalau dulu biasanya minyak salalu tersedia di warung pak Bronto, tapi sekarang ra mesti.” Lebih lanjut sang nahkoda menjelaskan, “Karena langkanya migor, terpaksa pihak kantin menggunakan kayu, kalau musim ujan kebulnya minta ampun, belum lagi kalau basah.
“Pokoknya kantin Nurmason tidak akan naik drastislah, ini kan kantin santri, harus sesuailah dengan harga santri.”
Dari santri sendiri tidak ada kasak kusuk tentang kenaikan ini. “Tidak keberatan, karena yang saya perhatikan adalah waktu.” Kata Anton, santri asal Gunungkidul (GK) yang mengaku 80% makan di kantin. Begitupun dengan Jauhar Hilal, aktivis LP2M GK ini tidak merasa terbebani dengan kenaikan harga makanan di kantin saat ini. Kalau dari pelayanan sendiri, menurut Jokri, panggilan akrap Jauhar Hilal relatif baik. ”Tapi memang kadang apek, kadang elek, kadang bebas, tapi lueh apik apike kok!” tutur penghafal Qur’an ini malu-malu.
Lain kantin mahasiswa, lain pula kantin pelajar alias komplek E. Kenaikan haraga makanan dan minuman di Kantin komplek E baru saja terjadi. Kalau di kantin Mahasiswa kenaikan tempe dari Rp. 300 menajdi 400 rupiah, sudah lama terjadi. Tapi di kantin pelajar mengalami kenaikan baru beberapa pekan yang lalu. Kang Lutfi, Nahkoda kantin Komplek E menjelaskan, memang terjadi kenaikan beberapa makanan di komplek E, misal saja tempe. Kenaikan makanan ini memang disebabkan harga sembako di pasaran naik. Apalagi setelah harga minyak mentah mendekati 100 dollar per barel dengan mata uang dollar AS yang semakin melemah ke posisi terburuknya 1, 4375 terhadap euro, sejak mata uang tunggal Eropa itu diluncurkan. “Mau gimana lagi, wong di luar juga semua naik,” katanya prihatin.
Terus bagaimana dengan ’pajak’ makan santri pelajar? Ditanya apakah ada kemungkinan santri pelajar ’pajak’ makannya naik? “Wah, itu masih dalam tahap penggodokan, perlu rapat dengan kru kantin, pengurus dan pesertujuan dari Ibu Nyai Barokah Nawawi,” tutur Kang Lutfi lagi.
Sementara itu, menanggapi hal ini, para santri tidak terlalu kaget dengan kenaikan dikantin. Karena menurut mereka kenaikan itu memang sudah dari pasarannya. “Tidak keberatan sama sekali, sekarang apa-apa kan naik,” kata Mustamid, santri asal Bantul ini yang kirimannya sempat nambah karena kenaikan makanan akhir-akhir ini. Begitupun dengan Suherman, “Kalau minta tambah ya tambah,” katanya.
Tapi ada juga yang tidak setuju, “masak tempe naik, kiriman tidak naik.” Jelas Heru santri asal Lampung dan Nizwa santri asal Kudus. Mereka juga menyayangkan jam buka kantin yang kurang pagi. ”Kalau di kantin pelajar sering buka terlambat, padahal kitakan harus berangkat sekolah pagi-pagi, kalau telat kan dapat ganjaran, tutur siswa Aliyah Nurul Ummah ini. Rupanya, mereka mengharapkan supaya kantin tepat waktu. Menanggapai hal ini, Kang Ugiek salah satu kru kantin komplek E justru menanggapi datar. “Kalau kantinnya telat buka bukan berarti krunya pada ketiduran, tapi kitakan Santri sejati men! katanya berseloroh.
Harapam dari Kru kantin sendiri, secara umum bahwa kalau memang mengaku santri makannnya yang istiqomah di pesantren. ”Kalau santri itu mbok ya makannya di pondok saja, selain sudah jelas halalnya, kan yang masak juga santri yang jelas ikhlasnya, barokah, kalau untung kan kembalinya ke pondok, bisa untuk bangun gedung buat santri, tuturnya. Walaupun katanya di luar pelayanannya lebih gimana gitu. Khusus untuk santri komlek E, ya jangan sering nunggak, kalau punya uang langsung dibayar pajeknya. Kantin Nurmason santri, siapa lagi yang peduli kalau bukan santri sendiri, ungkapnya menyudahi.[]Qom
0 komentar:
Posting Komentar