Maha Guru Kami “Kyai Kampung”


Pengabdian yang mulia dari seseorang di desa yang penuh dengan manusia berjiwa ikhlas dan mempunyai visi misi dalam syiar Islam. Dikenal dengan nama yang sederhana namun kharisma yang beliau pancarkan kepada segenap pencari ilmu (kami) tidak akan pernah terputus. Keikhlasan yang beliau miliki seolah-olah merupakan bagian dari nafas hidup mereka.
Sejuk, aman, nyaman, tentram, dan indah tempat di mana kami mencari keberkahan yang agung. Memang kadangkala di dalam belajar kami seakan-akan semakin lama semakin banyak bermain dan bercanda, karena kami memang masih anak-anak, yang belum mengerti apa itu tujuan hidup, manfaat ilmu dan juga belum terikat oleh hukum dari Allah swt.
Waktu terus berjalan ke depan masa lalu takkan pernah terulang seperti halnya usia manusia, yang dimulai dengan setetes air mani menjadi segumpal darah, berubah menjadi segumpal daging, lalu dari daging tersebut berubah menjadi janin yang berbentuk manusia, saat usia kandungan berusia empat bulan ditiupkanlah ruh pada janin tersebut, lalu ketika usia kandungan telah sampai umur sembilan bulan sepuluh hari sang bayi tersebut keluar dari rahim ibu, yang kemudian tumbuh dan berkembang menjadi dewasa yang sangat rentan dengan godaan-godaan di muka bumi. Menjadi orang tua dan berkeluarga yang memiliki tanggung jawab terhadap keluarganya sampai akhirnya kembali pulang ke rahmat Allah swt.
Ilmu-ilmu dasar yang kami dapatkan dari maha guru kami akan selalu bermanfaat di dunia dan di akhirat.
Menjadi santri di pondok pesantren, siswa di sekolah, mahasiswa di berbagai universitas, menjadi guru di berbagai madrasah, ada juga yang menjadi pegawai di perkantoran. Bahkan ada yang tidak kalah banyaknya mereka yang sukses di berbagai instansi-instansi yang sesuai dengan keilmuan mereka, dan yang perlu digarisbawahi adalah adanya mereka yang dengan setia melanjutkan perjuangan para maha guru di pondok-pondok pesantren. Semua itu merupakan anugerah dari Allah swt, yang dicurah kepada kita semua atas perantara maha guru yang mulia.
Tidaklah mungkin rasanya kita diberikan kesuksesan bilamana Allah swt tidak memberikan anugerah tersebut melalui perantara mereka. Andaikan tidak ada manusia yang berjiwa ikhlas seperti mereka, menjadi apakah kami sekarang?
Kampung halaman mereka adalah saksi bisu yang merasakan betapa agung jiwa keikhlasan yang mereka miliki, keluarga mereka yang kebutuhannya selalu kecukupan karena senantiasa mensyukuri nikmat dari Allah swt, rumah mereka selain untuk bercengkrama bersama keluarga, juga untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang mereka miliki.
Sejuk, nyaman, dan tentram, begitulah yang kami rasakan ketika kami semua berkumpul di rumah mereka guna belajar dan mengaji, mulai dari huruf hijaiyah yang begitu banyak, menghafal bacaan-bacaan nun sukun dan mim sukun, belajar memahami apa itu ilmu nahwu dan ilmu shorof, hingga kami sedikit demi sedikit mampu membaca dan memehami isi kandungan di dalam Al-Quran dan As-Sunnah.
Begitu besar peran beliau dalam melawan dunia yang semakin dekat dengan kehancuran dan kebodohan yang begitu merajalela. Dalam palung jiwa kami, tak lupa di setiap kesempatan dan waktu senggang kami selalu berusaha memanjatkan puji syukur kepada Allah swt, sekaligus memohon do’a semoga amal ibadah mereka diterima di sisi-Nya dan semoga mereka beserta keluarga dan juga anak didik mereka diberi kemudahan di setiap detik dan waktu yang mereka gunakan dengan baik, dijaga dari jurang kemaksiatan dan semoga selalu diberi keselamatan di dunia dan akhirat. Aaaamin ya robbal ‘alamiiin. (Imdad)

comment 2 komentar:

Unknown on 3 Juli 2010 pukul 09.59 mengatakan...

jadi inget pak ustad n pak kyai di kebumen

kangbagus on 22 Januari 2011 pukul 11.59 mengatakan...

hik hik hik...., Guru....Guru.....!!!!!

seandainya aku sudah di pondok nurul ummah tercinta saat engaku masih ada..........,

namun itu sudah menjadi takdir ilahi...

kini aku hanya bisa mengenang engkau ...Guru..

dari kisah tutur kata para kang santri yang

dulu hidup bersama mu.....



Guru...Guru.....!!!!

aku kagum padamu....

ilmumu...

ketawaduanmu.......

kesederhanaanmu.....

keikhlasanmu....

kesemangatanmu dalam belajar-mengajar-dan mengambdi pada ummmat.........

ku kan slalu rindu padamum .... wahai guru.,.............

Guru ...Guru Guru......
santri santri mu sekarang masih sangat membutuhkan pompa semangat dalam melanjutkan dan mengembangkan keilmuan mereka.......

guru....guru.......guru............
hik..hik....hikk....
(curhat ku pada guru)

Posting Komentar

Delete this element to display blogger navbar

 
© KORAN NURMA | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger