Muthola'ah Kitab - Dzulhijjah, Bulan Terapi dan Berbagi

       Banyak hal yang bisa kita petik jika mempelajari Dzulhijjah, salah satu bulan yang dimuliakan. Pembahasan kita bisa mulai dari perayaan Idul Adha, kurban, hingga ibadah haji. Mari kita mengingat sejenak sekilas apa saja yang ada di bulan Dzulhijjah.

Bulan terapi hati dan berbagi
       Dzulhijjah dikenal masyarakat Islam identik dengan jual-beli, penyembelihan, dan pembagian hewan kurban. Agenda tahunan yang selalu dinanti ini mempunyai makna yang banyak bagi umat Islam, diantaranya adalah solidaritas untuk berbagi dengan sesama dalam bentuk daging kurban. Dalam Fathul Qorib dan beberapa kitab fikih, hewan kurban bisa berupa unta, sapi, kambing, atau domba. Syarat umum hewan kurban sudah cukup umur dan sehat. Tidak diperbolehkan berkorban dengan hewan yang buta matanya, pincang, dan atau terlalu kurus.
         Alloh dan rasul-Nya telah memberikan penegasan urgensi dari berkurban melalui Al Quran dan hadits berikut.

“Sungguh, Kami telah memberi ni’mat/kebaikan yang banyak, untuk itu tegakkanlah shalat semata karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang yang membencimu pasti musnah” (Al Kautsar:1-3)

من كان له سعة فلم يضح فلايـقربــنّ مصلانـا
“Siapa diberi kelapangan rizki, lalu ia enggan berkorban, maka jangan sekali-kali menghampiri mushalla/tempat peribadatan kami” (Alhadits)

           Perintah untuk melaksanakan kurban dilatarbelakangi adanya peristiwa sejarah antara nabi Ibrahim as. dan nabi Isma’il as. Setelah bertahun-tahun nabi Ibrahim meninggalkan istri keduanya, Hajar, dan putranya yang masih bayi, Ismail, dan kemudian dipertemukan kembali beliau ditagih janjinya oleh Alloh untuk menyembelih Isma’il demi cintanya kepada Alloh. Ada makna yang bisa kita teladani dari kisah ini, yakni adanya komunikasi yang indah antara seorang bapak dengan anak ketika Isma’il diminta pendapatnya perihal perintah Alloh. Sebagai seorang anak, nabi Ismail menjadi seorang yang ikhlas dalam menerima perintah Alloh walaupun itu berarti dia harus kehilangan nyawanya. Nabi Ibrahim sebagai seorang hamba tetap tegar meski darah dagingnya sendiri yang begitu disayanginya harus dikorbankan.
            Salah satu pendapat Imam Al Ghozali dalam tulisannya tentang hikmah dari berkurban adalah adanya wujud cinta kepada Alloh. Perwujudan itu ditunjukkan dengan kita memberikan salah satu apa yang kita cintai, dalam konteks ini berupa hewan kurban. Selain itu berkurban adalah salah satu terapi penyakit pelit, kikir, dan keduniaan. Orang yang pelit sangat sulit memberikan sebagian hartanya untuk orang lain meskipun hartanya melimpah.

           Alloh telah berfirman dalam (Al Hajj :28).
“ Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan[1] atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak[986]. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir ”
[1]. Hari yang ditentukan ialah hari raya haji dan hari tasyriq, yaitu tanggal 10, 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.



Undangan Bertamu ke Baitullah

           Bulan Dzulhijjah juga dikenal sebagai puncaknya kunjungan ke Makkah karena padatnya muslimin yang datang untuk menunaikan ibadah haji. Pada bulan inilah penyempurna rukun Islam yang kelima dapat dilaksanakan. Ibadah haji diwajibkan bagi mereka yang telah mampu dan terpenuhi syarat-syaratnya (Islam, baligh, berakal sehat, merdeka, cukupnya bekal, adanya kendaraan, dan keselamatan di perjalanan).
Ibadah haji merupakan kenikmatan yang diidamkan seluruh umat Islam, namun apabila belum diberi kesempatan untuk bertamu ke Baitulloh janganlah terlalu bersedih karena ada ibadah sunat yang bernilai tinggi seperti puasa sunat ‘Arofah. Keutamaan puasa sunat ‘Arofah dijelaskan sebagai berikut, “Barang siapa berpuasa pada hari ‘Arofah (9 Dzulhijjah), maka Alloh menulis baginya pahala puasa selama 60 tahun. Dan Alloh menentukannya termasuk orang-orang yang taat” (Zubdatul Wa’idhin).
           Peristiwa penting lainnya dalam bulan Dzulhijjah yakni peresmian Islam sebagai agama yang sempurna dan membawa manfaat besar bagi pemeluknya, ini terjadi saat khutbah nabi Muhammad SAW sebagaimana dalam firman-Nya, “Pada hari Arofah ini Aku sempurnakan bagimu agamamu dan Aku cukupkan ni’matKu untukmu, dan Aku senangi Islam menjadi agamamu” (Al Maidah:3)
          Mari kita sambut hari raya Idul Adha 1431H dengan penuh semangat dan mengkaji hikmah yang terkandung di dalamnya. Semoga saudara-saudara kita yang diundang ke rumah Alloh SWT bisa melaksanakan semua syarat beserta rukun haji dan kembali ke tanah air mendapat kemabruran. Amin.(ym)

Referensi dari Fathul Qorib, Durotun Nasihin, dan Ihya Ulumudin.

comment 1 komentar:

Y Mufti on 15 November 2010 pukul 07.10 mengatakan...

Pengen bikin opini tapi malah jadi kaya gini..

Posting Komentar

Delete this element to display blogger navbar

 
© KORAN NURMA | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger