opini

UKS PPNU dan Geliat JQH
Anton Prasetyo

MOMENTUM perayaan pergantian tahun Hijriyah ini, idealnya kuasa (Ketua/ Pemimpin UKS dan lembaga terkait) membenahi kinerjanya. Justru fenomena yang berlaku sekarang berbalik arah. Hari besar Islam itu tidak dijadikan amunisi apapun. Hari besar tersebut dibiarkan muspro tanpa bekas.

Tidak hanya itu, pergantian struktur kepengurusan juga seakan hanya dijadikan momentum rutinitas. Dalam setiap pergantian kepengurusan seakan tidak ada perbaikan perbaikan dalam wadah organisasi tersebut. Organisasi yang awalnya kelihatan mati suri dibiarkan binasa.

Bagaimana tidak, di Pondok Pesantren Nurul Ummah (PPNU) ada sekian banyak UKS. Namun yang tampak saat sekarang hanyalah kenangan-kenangan manis belaka. Pengurus-pengurus UKS masa kini ‘seakan’ menumpang menjadi orang TOP karena telah memasuki sebuah UKS ternama di PPNU.

Kita mencoba flas-back beberapa tempo lalu. Terlihat sekian banyak UKS eksis dengan membanggakan nama PPNU. UKS-UKS yang ada memberikan kontribusi baik kepada pihak luar (non-pesantren dan pesantren luar). Adanya UKS Tilawah, PPNU terkenal hingga pesantren luar jawa dikarenakan ‘hanya dengan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam satu wadah pesantren dapat menelurkan sebuah majalah yang patut dipertimbangkan. Selain itu, jika melihat keharuman nama tilawah (dan secara otomatis PPNU) dapat dibuktikan melalalui adanya orang-orang semacam Khamami Zada (Mantan Pemimpin Umum Majalah Tilawah), sering tulisannya nongol di Koran Kompas.
Selain itu UKS (Sanggar) Sangkal, penulis pernah membaca dalam sebuah buku, PPNU dapat terangkat namanya dikarenakan salah satunya adanya sanggar sangkal. Bahkan sanggar sangkal pernah menjadi kegandrungan pesantren-pesantren luar dan menjadi teka-teki besar bagi mereka. Bahkan hingga kini, nama sanggar sangkal masih menjadi perhatian di beberapa instansi yogyakarta dan sekitarnya.

Dalam hal ini dalam suatu diskusi penulis secara langsung disodori sederet pertanyaan berkisar kegiatan sanggar sangkal oleh redaktur penerbit Matapena LKiS Yogyakarta. Dirinya menanyakan hal tersebut karena melihat bagainama seorang Ahmad Zaki atau sering disebut Zaky Zarung (yang sekarang menjabat sebagai Kepala TU MA Nurul Ummah) dan mahbub jamaluddin, yang keduanya menjadi orang-orang besar di Matapena.
Di samping itu, masih banyak UKS-UKS PPNU yang berjaya di masa dulu. Diantara uks yang jaya yang lain adalah Nurul Ummah English Club (NUEC) menelurkan The Teacher of English language (in Nurul Ummah Islamic Boarding School), Slamet Riyadi dan kawan-kawan.

Namun demikian, semua seakan hanya kenangan. Masa-masa manis telah usai. (Jika melihat kondisi saat ini) seakan tidak mungkin UKS-UKS yang ada bangkit kembali. Kita lihat Majalah Tilawah, Sanggar Sangkal, NUEC dan lain sebagainya, wujuduhu kaadamihi. Meski di sini penulis tidak menafikan adanya terbitan Majalah Tilawah, Madding As-Sibaq beberapa waktu yang lalu. Hanya saja jika dibandingkan dengan masa-masa sebelum sekarang, masa sekarang lebih mengenaskan (menyakitkan hati).

Hanya saja yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, benarkah UKS-UKS PPNU tidak dapat dibenahi sehingga rasa ‘sakit hati’ kan terobati? Secara pribadi penulis mempunyai keyakinan, semua UKS PPNU akan jaya kembali, hanya saja memerlukan waktu. Selain itu personel-personel yang ada di dalamnya harus kerja keras, dengan berkeyakinan dapat mewujudkan cita-cita mulia (menghidupkan UKS yang ada) dan mengerjakan tugas-tugas (PR) yang sekarang menumpuk di hadapannya. Selain itu (sebagai santri) harus berdoa untuk kebaikan UKS-UKS yang ada.

Sementara, terkait dengan UKS Jamiyyah Qurra’ wal Huffadz (JQH) PPNU, memang sengaja penulis tidak menampakkannya pada bagian awal (artikel ini). Namun sebagai catatan, UKS JQH dalam kurun waktu satu tahun ini terdapat nilai positif dan negative. Nilai positif diantaranya, kuantitas santri yang sorogan al-qur’an (program tahfidz) kepada pengasuh meningkat dan seni baca al-qur’an (tilawah) berjalan lancer dengan kuantitas meningkat pula, bahkan ada yang dari non-PPNU.

Di samping itu, semenjak akhir 2007, program seaman bulanan lancer setiap malam minggu di awal bulan. Hanya saja untuk bulan januari diundur malam minggu, minggu ke-2 dikarenakan minggu pertama digunakan khataman asrama pelajar (Komplek E), padahal personel JQH sebagaian dari komplek E.

Sementara salah satu program utama JQH, sebut kaligrafi mengalami nasib yang mengenaskan. Semenjak akhir Syawal pengurus JQH sudah mengupayakan berjalannya program tersebut. Masalah utama adalah minat santri sangat minim. Dari pihak ustadz sudah menunggu di tempat belajar paling tidak 3 kali pertemuan dan pihak JQH sudah menginformasikan tentang latihan terkait, namun hasilnya nihil, tidak ada peserta yang datang.

Yang menjadi perhatian, perjalanan UKS PPNU adalah sebuah proses, penuh dengan lika liku (keceriaan dan kesedihan). Dari kesemuanya adalah pelajaran untuk melangkah ke depan. Dan tentunya khusnul khotimah, tidak hanya bahagia dunia asaja namun menuai ridho-Nya adalah harapan kita semua. Walohu a’lam. Ketua Jamiyyah Qurra’ wal HuffadzPesantren Nurul Ummah Yogyakarta

comment 0 komentar:

Posting Komentar

Delete this element to display blogger navbar

 
© KORAN NURMA | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger